MENGENAI SIMULAKRA
Saya merasakan punggung saya diberi nyawa untuk hidup. Hal ini disebabkan karena seharian saya tak rebahan. Alasannya hanya satu_saya baru sadar bahwa saya kecanduan ponsel lagi.
Jadi saya berinisiatif untuk menjalani rutinitas sehat yang sebenarnya saya pun lupa kapan terakhir kali melakukan itu. Untuk sekedar meluangkan waktu di hari minggu; jalan kaki kepasar yang berjarak 2 kilometer, jajan batagor dan pulang lagi. Dilanjutkan dengan menyebar undangan untuk pemilu dan pulang mengerjakan pesanan buket yang sudah jatuh tempo.
Capek tapi saya suka sensasi lelah itu. Meski tulang belikat saya kambuh, pusing di kepala saya makin parah, kaki saja juga rasanya mau patah. Well, kapan lagi saya bisa mengerjai tubuh jompo ini jadi banyak gerak.
Keuntungan lainnya, saya bisa melupakan sejenak masalah-masalah yang saya liat tempo lalu di internet. Saya jadi melupakan tread tweeter tentang pajak 12%, lupa trending topik kekeransan sexsual, begal, pembunuhan, tabrak lari, perselingkuhan, perceraian seleb, dan bahkan genosida.
Saya bisa rehat sejenak. Saya bisa rehat dari menyaksikan kekejaman manusia yang penuh nafsu. Saya bisa menunda kemarahan saya melihat anak-anak terluka dan saya yang hanya bisa menangis di tempat tidur, sembari selimutan, gulang-guling di kasur yang hangat sambil memegang gawai. Setelah saya me-reetwet ulang, selanjutnya saya akan bilang pada diri saya, "Istirahat dulu, Ca."
Kemudian membuka chrome menjadi opsi; memeriksa update-an manhwa, mencari cerita manga baru, menonton drama, baca buku online sampai lupa bahwa saya punya aplikasi whatsapp.
Sehabis itu saya akan tekejut melihat tag grup yang memanggil saya, didalamnya tugas kelompok, grup obrolan random, grup kelas, grup organisasi, grup KPPS, grup guru-guru, grup diklat, grup orangtua murid dan chat pribadi yang tertumpuk sampai saya malas membuka satu-persatu balon percakapan itu. Akhirnya saya akan menyerah, memilih beralih aplikasi sambil menunggu mood mengetik saya kembali untuk membalas pesan nantinya. Terjerumus di reels instagram yang isinya konten memasak, konten motivasi, Timnas, K-pop, affiliet, dan ujung-ujungnya kantuk menyerang. Saya akan merasa lelah dan tidur. Bangun-bangun waktu sholat, ibadah sebentar dan kembali mengulangi hal yang sama. Setiap hari, setiap waktu. Bahkan saya ketergantungan dengan komik online. Saya tidak bisa tidur tanpa baca cerita, tanpa memeriksa semua aplikasi yang saya sebutkan, tanpa handphone.
Meskipun saya sadar dunia yang saya pijaki itu semu. Saya selalu terjerumus, lagi dan lagi pada sesuatu yang dari dulu sudah saya sadari. Dunia yang di ciptakan di media sosial ini kebanyakan hanyalah candu. Bahkan saya pernah iri karena konten tentang seberapa mewah rumah seseorang atau seberapa kayanya seseorang sampai membuat konten sekali makan mengabiskan uang seharga gaji saya selama satu tahun. Saya iri pada orang-orang di media sosial yang memiliki wajah rupawan, bentuk tubuh yang bagus, pekerjaan matang, karier sukses, finansial aman, suka jalan-jalan dan hidupnya terlihat baik-baik saja tanpa beban. Saya iri pada orang yang tidak saya kenal, saya iri pada pekerjaan orang lain yang saya pun tidak tahu bagaimana mereka bisa merintis usaha sampai sebegitu suksesnya. Saya tidak kenal, saya tidak tahu, tapi saya mengiri. Bahkan saya juga sering gelisah apabila tidak mem-posting status meskipun satu hari, padahal hidup saya juga belum tentu ada orang yang peduli.
Hahaha...
Lucu sekali. Entah hidup saya yang lucu atau isi otak saya yang cenderung pencemburu. Saya pun tidak tahu. Yang jelas saya marah, saya iri dan saya benci hal itu.
Oleh karenanya, ketika saya memilih melupakan handphone saya. Duduk di tengah rumah sambil mengerjakan pesanan buket anak SMA, disitulah saya tersadar kembali bahwa waktu yang terbuang kemarin tidak dapat dikembalikan.
Keluarga saya tetap menjadi pendukung nomer satu dari pekerjaan kecil yang saya luangkan_selalu seperti itu. Bahkan ketika saya membuka jasa buket, mamah saya ikut andil membantu, bapak saya ikut andil menyaksikan kami. Adik saya mondari mandir pegang sana pegang sini. Bahkan lelucon yang orang tua saya tunjukkan selama menemani saya tidak luput dari perhatian; dimana mamah saya yang centil dan jumawa itu ditegur bapak dengan colekan pinggul jenaka. Kejadian yang langka sekali. Tapi itu terjadi hari ini dan itu nyata di depan saya. Semua orang berkumpul, barang-barang saya menumpuk di depan rumah dan mamah saya, bapak saya, adik-adik saya. Semuanya saling melempar gurawan yang topiknya terus ngaler ngidul.
Inilah dunia nyata yang sebenarnya dan sering saya abaikan karena sibuk pada artis, konten orang yang entah asli atau palsu, tutorial masak yang tidak pernah direcook, dan kalimat motivasi orang asing yang lewat kuping.
Itulah sebabnya kalimat secukupnya harus saya gaungi lagi dalam hati. []
Thrirddxs
24/11/2024

Bagus bgt kak,aku juga lagi ngerasa gini
BalasHapusEmang kalo udah pengang hp tuh suka lupa waktu:(
BalasHapus